
JAKARTA - Ramen, mi kuah khas Jepang, memang digemari banyak orang karena rasanya yang gurih dan mengenyangkan. Namun, kebiasaan menyantap ramen setiap hari ternyata tidak disarankan oleh para ahli.
Sebuah studi di Prefektur Yamagata, Jepang, meneliti lebih dari 6.700 orang berusia 40 tahun ke atas selama 4,5 tahun. Peneliti membagi peserta berdasarkan frekuensi konsumsi ramen, dari kurang dari sebulan sekali hingga tiga kali atau lebih dalam seminggu.
Hasil pengamatan menunjukkan, risiko kematian terendah terjadi pada mereka yang makan ramen satu hingga dua kali seminggu. Sementara kelompok yang sering mengonsumsi ramen, lebih dari tiga kali seminggu, menghadapi risiko kematian sekitar 1,5 kali lipat lebih tinggi.
Baca Juga
Kelompok yang Lebih Rentan
Temuan juga mengungkap bahwa sebagian kelompok memiliki risiko lebih besar. Peserta di bawah usia 70 tahun yang makan ramen tiga kali atau lebih seminggu mengalami risiko kematian lebih dari dua kali lipat dibanding yang makan satu atau dua kali seminggu.
Kebiasaan minum alkohol bersamaan dengan sering makan ramen juga meningkatkan risiko hingga 2,7 kali lipat. Para peneliti menduga, orang dengan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi atau diabetes mungkin sengaja mengurangi konsumsi ramen untuk mengikuti anjuran dokter.
Faktor ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan ramen yang berlebihan bisa saja memperburuk risiko kesehatan bagi mereka yang kurang memperhatikan pola hidup. Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara konsumsi mi berlebihan dan dampak kesehatan.
Kesimpulan dan Saran Ahli
Meski hasil penelitian menunjukkan peningkatan risiko, para peneliti menegaskan bahwa studi ini tidak cukup kuat untuk menyatakan bahwa ramen benar-benar berbahaya. Bahkan, orang yang makan ramen kurang dari sebulan sekali juga menunjukkan risiko kematian sedikit lebih tinggi.
Profesor Tsuneo Konta dari Universitas Yamagata menyarankan agar saat menikmati ramen, konsumen tidak menghabiskan seluruh sup asin di dasar mangkuk. Menjaga keseimbangan nutrisi, menambahkan sayuran, dan mengontrol asupan garam dapat membantu mengurangi risiko kesehatan.
Tren Sup Internasional: Soto Betawi Menyalip Ramen
Di sisi lain, makanan khas Indonesia juga mulai mendapat perhatian dunia. Soto Betawi tercatat masuk daftar 10 sup terenak di dunia versi TasteAtlas, menempati peringkat pertama dengan rating 4,7.
Soto Betawi dikenal dengan kuah santan yang kaya rempah, termasuk serai, kunyit, lengkuas, daun jeruk, dan ketumbar. Potongan daging dan jeroan yang direbus perlahan membuat kuahnya gurih. Disajikan dengan tomat, daun bawang, kecap manis, dan emping, hidangan ini menawarkan cita rasa unik yang berbeda dari ramen.
Keunggulan Soto Betawi menunjukkan bahwa sup lokal Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional. Rasanya yang kaya dan tekstur daging yang lembut membuatnya menjadi alternatif lezat selain ramen.
Kebiasaan makan ramen sebaiknya diatur dengan bijak, cukup satu hingga dua kali seminggu. Menggabungkan pola makan seimbang, minum cukup air, serta konsumsi sayuran dapat menekan risiko kesehatan.
Selain itu, mencoba sup khas lokal seperti Soto Betawi bisa menjadi pilihan menarik. Tidak hanya lezat, tapi juga menambah variasi rasa dan nutrisi dalam menu harian.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Lost Contact dengan Mantan, Perlukah Hubungan Dihidupkan Kembali?
- Selasa, 30 September 2025
Terpopuler
1.
Pemerintah Pertahankan Tarif Listrik hingga Akhir Tahun
- 30 September 2025
2.
Ramalan Shio Selasa 30 September 2025, Tips Karier Hoki
- 30 September 2025
3.
Ramalan Zodiak 30 September 2025, Peluang Karier Asmara
- 30 September 2025
4.
Waspadai Dampak Gadget Berlebihan pada Kesehatan Anak
- 30 September 2025
5.
Update Harga Sembako Jogja Hari ini, 30 September 2025
- 30 September 2025