
JAKARTA - Di tengah tantangan regenerasi petani dan tekanan harga produk pertanian, keberlanjutan usaha tani padi organik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mendapat sorotan khusus dalam Seminar Nasional dan Rakernas PERHEPI 2025 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dosen Program Studi Agribisnis UMY, Zuhud Rozaki, memaparkan hasil penelitiannya yang menekankan pentingnya keterlibatan petani muda dan perempuan dalam menjaga kelangsungan pertanian organik. Dari penelitian yang melibatkan 150 petani di lima kabupaten, skor rata-rata keberlanjutan usaha padi organik berada di 2,94, masuk kategori “cukup berkelanjutan” yang diukur dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial.
Keterlibatan Generasi Muda dan Perempuan Sangat Krusial
Baca Juga
Menurut Zuhud, manajemen keuangan yang baik menjadi faktor penentu dari sisi ekonomi. Petani yang mampu mengatur finansial lebih mampu menjaga kesinambungan usaha taninya.
Dari aspek ekologi, praktik rotasi tanaman terbukti efektif menjaga kesuburan tanah serta mendukung sistem pertanian organik yang ramah lingkungan.
“Temuan kedua dari segi ekologi adalah rotasi tanaman. Praktik ini terbukti efektif dalam menjaga kesuburan tanah dan mendukung pertanian organik,” jelas Zuhud.
Dalam dimensi sosial, kehadiran petani muda menjadi kunci penting. Regenerasi petani yang selama ini menjadi tantangan besar mulai mendapat harapan baru dengan keterlibatan generasi muda. Selain itu, perempuan juga memiliki kontribusi signifikan dalam mendukung keberlanjutan usaha tani, baik di lingkup rumah tangga maupun komunitas.
Tantangan Harga dan Ketahanan Pangan
Meski tren keberlanjutan cukup positif, tantangan besar tetap ada. Salah satunya adalah harga jual padi organik yang belum sepenuhnya sesuai harapan petani. Banyak konsumen belum memahami perbedaan kualitas antara padi organik dan padi konvensional, sehingga enggan membayar lebih mahal.
“Banyak konsumen yang tidak merasa ada perbedaan harga saat membeli padi organik, padahal kualitasnya lebih baik,” ungkap Zuhud.
Dari aspek ketahanan pangan, hasil penelitian menunjukkan 60 persen petani organik tergolong aman pangan (food secure). Namun, 31 persen petani berada pada kondisi rawan pangan, yang menjadi alarm penting bagi keberlanjutan sistem ini. Zuhud menekankan bahwa pertanian organik perlu terus dikembangkan, tidak hanya dari sisi ekologi, tetapi juga untuk memastikan produksi tanaman yang sehat dan berdaya saing.
Selain itu, penelitian ini menghasilkan delapan luaran akademis, terdiri dari lima jurnal yang sudah terbit, satu jurnal yang diterima, dan dua jurnal lain yang masih dalam proses peninjauan. Zuhud berharap publikasi tersebut dapat menjadi referensi bagi akademisi dan praktisi di bidang pertanian berkelanjutan.
“Jurnal-jurnal ini relatif mudah untuk diakses, semoga bisa menjadi referensi yang bermanfaat,” ujarnya menutup pemaparan di Student Dormitory UMY.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Update Daftar Tarif Listrik PLN Bulan Oktober 2025 per-kWh, Subsidi dan Nonsubsidi
- Kamis, 02 Oktober 2025
Proyek Waste to Energy: Solusi Atasi Sampah dan Hasilkan Energi Listrik
- Rabu, 01 Oktober 2025
Berita Lainnya
Update Daftar Tarif Listrik PLN Bulan Oktober 2025 per-kWh, Subsidi dan Nonsubsidi
- Kamis, 02 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Update Harga Emas di Pegadaian Awal Oktober 2025 Naik
- 01 Oktober 2025
2.
Hana Bank Perkuat Layanan Untuk Pertahankan Loyalitas Nasabah
- 01 Oktober 2025
3.
Win N Co Perluas Bisnis dengan Fokus Lini Midstream
- 01 Oktober 2025
4.
Zurich Dorong Konservasi Lingkungan Lewat Penanaman Mangrove
- 01 Oktober 2025
5.
JNE Apresiasi Karyawan Lewat Program Umrah Bersama Keluarga
- 01 Oktober 2025