
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berisiko melanjutkan tekanan jual pada perdagangan Rabu, 1 Oktober 2025. Meski begitu, analis menilai ada sejumlah saham yang tetap menarik untuk dikoleksi di tengah tren konsolidasi jangka pendek.
IHSG pada perdagangan Selasa, 30 September 2025 ditutup melemah 0,77 persen ke level 8.061, didominasi aksi jual investor. Kondisi ini membuat indeks cenderung bergerak sideways sebelum memutuskan arah tren jangka pendek.
Menurut Tim Riset MNC Sekuritas, IHSG pada hari ini berpotensi menguji level support di 8.005 hingga 7.840. Sementara itu, level resistansi berada di kisaran 8.155–8.192. Dalam skenario optimistis, indeks masih berpeluang menguat ke rentang 8.200–8.246.
Baca Juga
Saham-saham yang direkomendasikan hari ini antara lain AMRT, ENRG, HRTA, hingga SMGR. Pemilihan saham ini didasarkan pada analisis fundamental dan teknikal untuk memanfaatkan pergerakan volatilitas IHSG.
Faktor Pendorong dan Sentimen Positif
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menilai IHSG berpotensi bergerak menguat sepanjang pekan ini. Salah satu katalis positif datang dari kesepakatan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa, yang menargetkan pemangkasan tarif hingga 80 persen untuk produk ekspor mulai 2027.
“Kebijakan ini akan memperkuat prospek perdagangan jangka panjang, khususnya bagi saham-saham eksportir,” kata David. Selain itu, stabilitas rupiah yang dijaga Bank Indonesia menambah kepercayaan investor asing untuk tetap melakukan akumulasi di pasar domestik.
Sentimen eksternal juga mendukung pergerakan IHSG. Pasar menantikan potensi pelonggaran suku bunga oleh The Fed, yang diharapkan mendorong arus dana masuk ke pasar emerging markets, termasuk Indonesia.
Di dalam negeri, investor akan memantau sejumlah indikator ekonomi penting. Data indeks manufaktur, neraca perdagangan, dan inflasi menjadi perhatian utama untuk menilai kesehatan ekonomi nasional dan arah kebijakan fiskal pemerintah.
Faktor Domestik dan Pergerakan Teknikal
David Kurniawan menambahkan, kebijakan fiskal Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi faktor kunci. Fokus pemerintah pada disiplin defisit anggaran dan realisasi stimulus yang tepat akan menentukan persepsi risiko investor terhadap pasar saham domestik.
Selain itu, keputusan mengenai tarif cukai hasil tembakau (CHT) 2026, yang dipastikan tidak naik, turut menjadi sentimen positif bagi industri rokok dan petani tembakau. Kebijakan ini dipandang dapat menjaga stabilitas sektor terkait sekaligus mendukung pertumbuhan IHSG.
Tim Riset Phintraco Sekuritas menyoroti sisi teknikal IHSG. Indikator Stochastic RSI bergerak ke arah pivot setelah death cross, sementara histogram MACD mulai melemah meski masih berada di area positif. Indeks masih mampu bertahan di atas level MA5, sehingga potensi pergerakan berada di rentang 7.980–8.170.
Secara keseluruhan, kombinasi sentimen global dan domestik menunjukkan bahwa IHSG sedang memasuki fase konsolidasi. Investor disarankan selektif dalam memilih saham dan memperhatikan level support-resistansi agar meminimalkan risiko kerugian.
Meskipun ada tekanan jual, beberapa saham unggulan tetap menjadi fokus akumulasi. Pemilihan saham ini dapat memanfaatkan rebound jangka pendek ketika sentimen positif dari kesepakatan perdagangan dan kebijakan fiskal muncul.
Investor asing juga dipantau secara ketat, karena aliran modal masuk atau keluar memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Net sell atau net buy asing dapat menentukan apakah indeks akan melanjutkan koreksi atau kembali rebound.
Selain itu, pergerakan saham LQ45 menjadi perhatian. David menilai meski beberapa saham unggulan tertinggal, adanya katalis positif dapat mendorong rebound di akhir pekan atau jangka pendek.
Bagi trader jangka pendek, fokus pada saham dengan volatilitas tinggi dan likuiditas memadai menjadi strategi utama. Sementara investor jangka menengah disarankan memantau indikator fundamental, termasuk prospek ekspor, stabilitas rupiah, dan kebijakan fiskal yang baru.
Secara makro, kesepakatan perdagangan RI–Uni Eropa, stabilitas rupiah, serta ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menjadi pendorong utama arus modal asing. Hal ini membuat pasar domestik tetap menarik meski ada koreksi sementara.
Secara teknikal, IHSG masih berada di kisaran support yang strategis. Investor dianjurkan menggunakan pendekatan kombinasi analisis teknikal dan fundamental untuk menentukan titik entry dan exit.
Meskipun IHSG berpotensi koreksi ke level 7.894–7.959, sejumlah saham unggulan tetap direkomendasikan. Investor disarankan tetap waspada, selektif, dan memanfaatkan peluang rebound yang mungkin terjadi di tengah volatilitas pasar.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Proyek Waste to Energy: Solusi Atasi Sampah dan Hasilkan Energi Listrik
- Rabu, 01 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
JNE Apresiasi Karyawan Lewat Program Umrah Bersama Keluarga
- 01 Oktober 2025
2.
3.
Starbucks Tutup 100 Toko, Strategi Perbaiki Penjualan AS
- 01 Oktober 2025
4.
Astra Akuisisi Mega Manunggal Property Senilai Rp3,34 Triliun
- 01 Oktober 2025
5.
Abadi Nusantara Hijau Akuisisi Dua Perusahaan Tambang Mineral
- 01 Oktober 2025