
JAKARTA - Rencana penyelesaian masalah utang proyek Kereta Cepat WHOOSH kembali menjadi sorotan. Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menegaskan bahwa Danantara Indonesia sebagai bagian dari konsorsium BUMN tengah menyiapkan langkah strategis untuk merampungkan persoalan tersebut.
Rosan menekankan, setiap keputusan yang akan diambil tidak boleh hanya bersifat sementara, tetapi harus menyelesaikan akar masalah yang ada. “Kalau kita melakukan suatu corporate action itu harus tuntaskan masalah ya. Jadi, bukan hanya sifatnya menunda masalah,” kata Rosan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Evaluasi Strategi dan Rencana Restrukturisasi
Baca JugaHana Bank Perkuat Layanan Untuk Pertahankan Loyalitas Nasabah
Rosan yang juga menjabat sebagai CEO Danantara mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini tengah mengevaluasi berbagai opsi penyelesaian. Namun, ia belum bersedia menjabarkan secara detail langkah-langkah yang akan dilakukan untuk merampungkan masalah utang Kereta Cepat WHOOSH.
Ia juga memilih tidak memberikan jawaban ketika ditanya mengenai kemungkinan perpanjangan tenor utang yang sebelumnya telah disepakati bersama konsorsium China dalam kerja sama dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
“Nanti pada saatnya kita akan umumkan langkah-langkah untuk merestrukturasi dari KCIC ini,” ujarnya.
Berdasarkan catatan, proyek Kereta Cepat WHOOSH dikelola oleh PT KCIC, yang sahamnya dimiliki oleh konsorsium Indonesia dan China. Dari sisi Indonesia, empat BUMN bergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan 60 persen saham KCIC.
Keterlibatan BUMN dan Pembiayaan Proyek
Empat perusahaan negara yang tergabung dalam PSBI tersebut adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN). Konsorsium inilah yang bertanggung jawab dalam pendanaan proyek kereta cepat pertama di Indonesia tersebut.
Kereta Cepat WHOOSH telah menghabiskan biaya investasi hingga US$7,2 miliar. Jumlah ini mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun sekitar US$1,2 miliar dari target awal sebesar US$6 miliar. Dari total pembengkakan itu, 60 persen atau setara US$720 juta harus ditanggung oleh konsorsium Indonesia, sedangkan 40 persen sisanya atau sekitar US$480 juta menjadi tanggung jawab konsorsium China.
Rosan menegaskan bahwa seluruh upaya yang tengah ditempuh bertujuan untuk memastikan keberlanjutan proyek sekaligus menjaga kesehatan keuangan para BUMN yang terlibat. Menurutnya, pendekatan penyelesaian yang dilakukan harus menyeluruh agar tidak memunculkan masalah baru di kemudian hari.
Dengan fokus Danantara dan konsorsium BUMN dalam mengevaluasi strategi penyelesaian utang, publik kini menantikan pengumuman resmi mengenai langkah restrukturisasi KCIC. Keputusan ini diharapkan mampu memberikan kepastian bagi keberlanjutan proyek Kereta Cepat WHOOSH sekaligus menutup polemik yang muncul akibat pembengkakan biaya investasi.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Proyek Waste to Energy: Solusi Atasi Sampah dan Hasilkan Energi Listrik
- Rabu, 01 Oktober 2025
Berita Lainnya
Prudential Syariah dan Muhammadiyah Perkuat Literasi Keuangan Masyarakat
- Rabu, 01 Oktober 2025
Terpopuler
1.
JNE Apresiasi Karyawan Lewat Program Umrah Bersama Keluarga
- 01 Oktober 2025
2.
3.
Starbucks Tutup 100 Toko, Strategi Perbaiki Penjualan AS
- 01 Oktober 2025
4.
Astra Akuisisi Mega Manunggal Property Senilai Rp3,34 Triliun
- 01 Oktober 2025
5.
Abadi Nusantara Hijau Akuisisi Dua Perusahaan Tambang Mineral
- 01 Oktober 2025